Pendakian Gunung Arjuno (Juni 2008)
Pendakian Gunung Arjuno (3339 mdpl)
Pada pertengahan tahun 2008 (Juni 2008), anak – anak PLASMA mengadakan pendakian ke Gunung Arjuno. Dalam pendakian tersebut, dibagi dua tim untuk mengatasi kekurangan standar peralatan pendakian. Mau tahu seperti apa kisahnya…?? Tenang aja, di sini kita akan membagi kisah kita pada kalian. Ok dech, dimulai dari pendakian tim pertama. Tim pertama terdiri dari Dio Agung P (P-22), Andik Indra (P-22), Affan Ghoffar (P-22), Ario F (P-22), Yaaresya “iyem” (P-22), Rois A(P-21) Robi (P-21), dan didampingi oleh Mz. Iwan “Asabri”. Tim ini mendaki Gunung Arjuno melewati jalur Purwosari – Tretes. Dimulai dari kota kita tercinta, Probolinggo. Kita meluncur pukul 11.00 WIB dari kompleks perumahan asabri, yang tidak lain adalah tempat tinggal Mz. Iwan “asabri” dan Affan. Dengan menggunakan sebuah mobil suzuki carry dan pick –up sumbangan dari orang tua di antara kita, tujuan pertama kita adalah daerah Purwosari. Di sana kita menghampiri seorang sahabat Pak Kadir. Pak Kadir ini teman dari Mz. Iwan “asabri”. Tiba di rumah Pak Kadir, pukul 12.30 WIB. Kita berhenti dulu di sana sekaligus ISHOMA. Sambil kita ISHOMA, Pak Kadir menyiapkan peralatan tempurnya (peralatan mendaki gunung). Kita tidak menyangka kalau Pak Kadir bakalan ikut dengan kita. Otomatis kita pun sangat senang sekali karena Pak Kadir yang merupakan pendaki berpengalaman dapat ikut dengan kita. Setelah tiba waktunya, kita pun cabut dari kediaman Pak Kadir dan menuju Posko Tambak Watu. Melewati jalanan yang naik dan bergeronjal khas pedesaan, dengan pemandangan yang indah di sekitarnya, tak terasa kita pun sampai di Posko Tambak Watu. Setelah mengurusi administrasi, perijinan, dan lain sebagainya, kita pun siap bertempur mengarungi dunia yang benar – benar berbeda dari tempat tinggal kita. Dua mobil yang setia mengantar kita tadi, juga bergegas kembali pulang. Arjuno,,.. I’m coming..!! pukul 14.00 WIB kita mulai meninggalkan posko setelah memanjatkan doa terlebih dahulu. Langkah demi langkah, nafas demi nafas, keringat pun yang mulai bercucuran. Kita tiba di sebuah goa yang bernama Goa Oento Boega pukul 15.06 WIB. Melepas lelah dan berfoto – foto, itulah yang kita lakukan di sana. Setelah dirasa cukup, kita melanjutkan perjalanan ke Watu Kursi (batu besar tempat duduk - pukul 15.42 WIB), kemudian ke Eyang Sakutrem (tempat peristirahatan / makam - pukul 16.00 WIB). Sesampai di Tampuono (batu seperti Gua – pukul 16.12 WIB),kita turun dulu ke Sendang Dewi Kunti (batu tempat semedi – pukul 16.23). Di Sendang Dewi Kunti, kita berhenti untuk mengambil gambar dan mencuci muka dengan air sumber yang ada di sana. Setelah itu kita naik menuju Eyang Semar (patung Semar – pukul 17.36 WIB. Hari pun mulai gelap, matahari terbenam di ufuk barat, kabut dengan suhu yang dingin menyelimuti kita. Kita pun bergegas ke Mahkuto Romo, tempat camp pertama kita, dengan pencahayaan lampu senter dan sinar bulan. Tiba di Mahkuto Romo pukul 18.30 WIB. Sesuai strategi awal kita, kita langsung mendirikan tenda, ada yang mencari kayu bakar, dan ada pula yang memasak. Setelah tenda berdiri, kita mulai makan nasi bungkus yang telah kita siapkan dari rumah. Hari semakin malam, udara dingin mulai menusuk tulang kita, di sinilah kita menghabiskan malam pertama kita di lereng Gunung Arjuno. Dengan ditemani segelas kopi hangat, camilan makanan, api unggun, terang bulan, serta bintang – bintang, kita menikmati pemandangan lampu – lampu kota yang sangat menarik. Rasa kantuk pun tiba, kita bergegas tidur. Ario, Dio, dan William tidur di tenda prisma. Affan, Andik, Roys, Robi tidur di tenda dome. Sedangka dua sejoli, Mz. Iwan “asabri” dan Pak Kadir, tidur di tenda dome kecil. Begitulah formasi tidur kita mulai hari itu sampai hari – hari berikutnya saat nge-camp. Tidur pun terasa nyenyak dan hangat dengan balutan sleeping bed. Pada keesokan harinya, kita bergegas bangun pagi – pagi untuk menyambut sun rise di Mahkuto Romo. 1..,,2..,,,3 cepluk, matahari pun muncul dari ufuk timur dengan imutnya. Sinarnya pun memecah hawa dingin yang meyelimuti kita di pagi itu. Action,,,…jepret….. seperti biasa kita menyempatkan diri untuk menyalurkan bakat kami sebagai seorang fotografer n model narsis…,,mumpung panoramanya bagus..hehehhee…. Setelah itu,, kita sarapan dengan hidangan yang telah kita masak sebelumnya. “sarapan larang rek iki…”, sahut Mz. Iwan “asabri”. Mahal bukan dilihat dari makanannya, tapi situasinya, sun rise di Mahkuto Romo, dan pemandangan kota yang ada di bawahnya,,. Mak nyuz…. Setelah sarapan, kita pun cuci piring dan cuci muka di sumber air Mahkuto Romo. Tenda pun diringkas dan semuanya dimasukkan ke carrier dan daypack (tas mirip carrier tapi ukurannya lebih kecil). Sebelum berangkat, kita foto – foto dulu di sana dengan puncak Gunung Arjuno sebagai backgroundnya. Pukul 08.00 WIB, kita cabut dari mahkuto room dengan tujuan puncak Gunung Arjuno sebagai tempat camp selanjutnya. Kita melewati Sepilar (candi – candi – pukul 08.15 WIB). Dulunya sih di Sepilar terdapat candi – candi, tapi waktu kita ke sana, candi – candinya sudah hilang, entah ke mana mungkin akibat tangan-tangan jahil yang mengambil secara sembarangan,kami sebagai PA (Pencinta Alam) merasa sedih dengan kejahilan tersebut. Perjalanan pun dilanjutkan ke Jawa Dipa (prasasti Jawa Dipa – pukul 09.27 WIB). Di Jawa Dipa, kita beristirahat cukup lama, sampai Pak Kadir pun tidur. Setelah dirasa cukup, kita pun melanjutkan perjalanan naik dengan daerah yang memiliki kemiringan, melewati Oro – Oro Ombo (semak –semak dengan ditumbuhi tanaman lainnya – pukul 14.30 WIB) dan Pelawangan (dekat puncak Gunung Arjuno pukul 14.35 WIB). Di Pelawangan, kita berhenti sejenak, kabut tebal mulai menyelimuti kita. Mungkin dari bawah, kabut tebal itu terlihat seperti awan. Setelah itu kita melanjutkan perjalanan dengan perlahan – lahan karena daerah yang sangat landai dan juga kabut tebal. Tak lama kemudian, kita lepas dari kabut, dan di bawah kita tampak awan yang sangat indahnya. Kita pun segera melanjutkan perjalanan yang sudah dekat. Dengan penuh kesabaran, jerih payah, dan semangat juang yang tinggi, kita akhirnya sampai juga di daerah puncak Gunung Arjuno pada pukul 16.20 WIB. Seperti strategi sebelumnya, kita langsung mencari tempat yang pas untuk mendirikan tenda dan memasak di daerah sana, hanya selisih beberapa meter dari puncak tertingginya. Setelah itu kita ke puncak tertingginya Gunung Arjuno untuk menunnggu datangnya sun set sambil foto - foto. Tidak lupa puja dan puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan YME, karena atas berkat dan rahmat-Nya yang melimpah, kita dapat berkumpul di puncak Gunung Arjuno dengan selamat tanpa kekurangan sesuaru apapun (kaya’ sambutan aja…). Di puncak, kita bertemu orang yang semedi dan juga mapala dari Yogyakarta. Sun set pun akhirnya datang juga, wonderfull…. Sore berganti malam, hawa dingin pun mulai datang menghampiri kita, lebih dingin dari sebelumnya. Kita pun segera makan dan bersiap – siap untuk masuk tenda selanjutnya tidur deh.. Pada dini hari, ada juga di antara kita yang keluar tenda melawan hawa dingin arjuno, untuk melihat pemandangan di luar sana (luar tenda). Bintang – bintang banyak banget menampakkan dirinya, tampak indah dengan bulan berbentuk lingkaran penuh, bintang – bintang itu jatuh dan berkelap – kelip, kota Malang tampak terang dengan lampu – lampunya yang eksotis. Merenung dan mensyukuri semuanya itu, sambil menunggu datangnya sang fajar menampakkan dirinya. “Memang benar ya, berada di puncak itu menyenangkan, bisa merasakan betapa enaknya hidup itu. Untuk ke puncak, kita harus bersusah payah merangkak dari bawah, dan jatuh bangun. Di puncak pun, kita tidak boleh enak – enakan jika kita tidak ingin terjungkal. Untuk bertahan di puncak, kita tidak boleh sombong, kita harus tetap bekerja dan bersusah payah mengatasi tantangan yang ada. Pada akhirnya nanti, kita juga tidak akan bisa berada di puncak selamanya. Hidup emang penuh perjuangan, kadang kita di atas, kadang kita di bawah”. Tak terasa, detik demi detik sudah berlalu, teman – teman yang lain bergegas bangun dari kerahasiaan malam dan menanti sun rise. Setelah ditunggu – tunggu, akhirnya matahari muncul dari persembunyiaannya dan menyapa kita dengan senyumnya yang khas. Seperti biasa deh, jiwa fotografer dan model yang kita miliki tampak. Cklik…cklik…., camera pun beraksi. Kali ini, pemandangannya pun jauh lebih mempesona dari pada di Mahkuto Romo. Gunung semeru (3676 mdpl) yang tampak sejajar dengan kita, sedang asyik merokok dengan beribu - ribu keanggunannya menjulang tinggi layaknya tirai langit. Awan – awan putih nan indah tampak di bawah kita. Gunung Anjasmara,Gunung Ijen, Gunung Welirang, Gunung Penanggungan, juga tampak.dengan megahnya. Matahari pun segera mengudara, sinarnya menghangatkan tubuh kita yang sedang asyik nongkrong menikmati alam milik Sang Pencipta. Setelah dirasa cukup, kami segera berkemas – kemas dan melanjutkan perjalanan selanjutnya. Di puncak tidak ada sumber air. Kita hanya sarapan mie goreng dan telur orak arik. Minum kami tinggal 1 botol, dan kami mengisinya dengan dengan jas – jus. Jarum jam menunjukkan waktu 09.11, kami pun bergegas cabut dari puncak menuju mata air terdekat yaitu Lembah Kidang. Dengan medan yang turun diiringi pelataran hijau nan indah, angin sepoi – sepoi dan bau belerang dari Gunung Welirang. Langkah kami sudah jauh meninggalkan puncak dan pukul 12.30 WIB kami tiba di area hijau dengan sebuah batu besar yang katanya disebut ”pasar setan”. Tidak lama kami istirahat di situ, karena persediaan air yang sudah mepet dan rasa haus kami. Perjalanan pun dilanjutkan hingga beberapa kilometer lagi. Tak lama kemudian barisan terdepan dari rombongan kami, mendengar suara gemercik air sumber di Lembah Kidang yang sangat kami tunggu – tunggu. Semangat pun kembali membara. Dio dan roys yang tiba terlebih dahulu, tanpa komando langsung meletakkan tas mereka dan langsung menikmati air yang sudah tersedia. Bocah - bocah yang lain pun meyusul mereka. ”Seger abiz.....”... Kami pun membuka tas dan mengeluarkan bekal kami. Waktu itu menunjukkan pukul 13.30 WIB. Di Lembah Kidang inilah kami akan menghabiskan malam terakhir kita di Arjuno. Hari itu masih siang, bulan masih lama mucul, kami segera memasak untuk makan siang dan tak lupa mencari kayu bakar untuk persediaan bahan bakar dan api unggun. Malam pun tiba dan saatnya kami istirahat. Keesokan paginya, kami sarapan dan siap – siap melanjutkan perjalanan. Dengan semangat yang tinggi dan urusan perut tercukupi, Tretes pun menyambut kami. Akhirnya sampai juga kami di KSDA Tretes pukul 13.00 WIB. Sambil menunggu mobil jemputan kami mandi dan makan siang. Setelah dua jam kita menunggu, akhirnya datang juga satu unit carry dan pick – up. And....brum – brum.. ”Mama...,,,I’m comeback....”cillilli......
Sekian kisah kami dari Gunung Arjuno, bila ada salah – salah kata atau hal yang tidak berkenan di hati sahabat TERA, mohon maaf lahir dan batin, semoga kisah kami tadi dapat bermanfaat bagi sobat TERA... Keep Indonesia green and Salam Lestari...!!
-THE END-
By : Iyemz ”cacing – Cadas Inggada”
Dio “Klarap – Cadas Inggada”
0 komentar:
Posting Komentar